Total Tayangan Halaman
Mengenai Saya
Minggu, 30 Mei 2010
Ilmu Tajwid
64Share
1. Menurut bahasa
Menurut bahasa, kata “tajwid” diambil dari “sesuatu yang baik”, lawannya adalah “jelek”. Diambil dari kata جَوَّدَ – يُجَوِّدُ – تَجْوِيْدًا yang artinya adalah perbaikan, penyempurnaan, pemantapan. (Qowaid Attajwid hlm. 24). Serta, dikatakan bagi orang yang baik dalam bacaan Al-Quran dengan mujawwid.
2. Menurut istilah
Menurut istilah, tajwid adalah keluarnya semua huruf hijaiyah dari makhraj-nya (tempat keluarnya) dengan memberikan hak dan keharusannya dari sifat tersebut.
1. Adapun hak dari sifat itu adalah sifat permanen yang tidak berubah dalam semua keadaannya, seperti: sifat jahr, syiddah, istifal, ithbaq, qolqolah, dan sebagainya.
2. Sedangkan keharusan dari sifat-sifatnya tersebut adalah sifat yang bisa berubah, seperti: idzhar, idgham, iqlab, ikhfa`, tarqiq, tafkhim.
3. Peletak dasar ilmu tajwid
Ditinjau dari sisi amalan, praktik bacaan Al-Quran adalah wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla yang disampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui Jibril ‘alaihis salam. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada para sahabat, lalu para sahabat menyampaikan kepada tabi’in, dan begitu seterusnya, sampai ilmu itu kepada kita. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang diperbolehkan berijtihad dalam hal bacaan Al-Quran tersebut. (Lihat Hidayah Al-Qori, hlm. 38)
Kemudian, terjadi perselisihan siapa yang mulai meletakkan kaidah dan ushul ilmu tajwid. Sebagian mengatakan Abu ‘Amr Hafs bin ‘Umar Ad-Dury, Abu ‘Ubaid Al-Qasim Ibnu Sallam, Abul Aswad Ad-Dualy, Al-Kholil ibn Ahmad, dan sebagian mengatakan yang lainnya.
Kemudian, kaidah itu bukanlah suatu bid’ah yang tercela dalam agama Islam bahkan merupakan suatu maslahat mursalah (Lihat al-I’tisham 2/111—112). Demikian pula ilmu nahwu, ilmu mushtholah, ilmu ushul fikih, dan sebagainya, yang semua itu tidak ada di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Adapun sebab yang mendorong ulama untuk meletakkan kaidah serta ushul tersebut, adalah karena tersebarnya bahasa orang-orang non Arab yang merusak ilmu Al-Quran. Lihatlah betapa banyak orang tidak bisa membedakan د (dal) dengan ذ (dzal), ظ (dzo`) dengan ض (dho’). Demikian pula س (sin) dengan ش (syin) atau denganث (tsa’), dan seterusnya. Maka kaidah merupakan salah satu jalan dalam upaya mempermudah bacaan Al-Quran.
4. Sumber dan Asal Muasal Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid diambil dari Al-Quran dan Sunnah, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al-Quran, serta para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in demikian seterusnya. Sampailah kepada ulama-ulama yang ahli dalam Al-Quran sehingga sampai ilmu qiro’at tersebut dengan cara yang mutawatir.
5. Nama
Ilmu tersebut dinamakan dengan ilmu tajwid, sedangkan tajwidnya sendiri ada dua, yaitu:
1. Syafawi ‘Amali, yaitu bacaan Al-Quran yang bagus yang diambil dari orang yang ahli dalam membaca Al-Quran.
2. Nadzory ‘Ilmi, yaitu suatu ilmu yang diajarkan secara turun-temurun menurut kaidah yang diletakkan oleh para ulama.
6. Keutamaannya
Tajwid adalah ilmu yang mulia, karena seorang muslim dituntut untuk membaca Al-Quran pada tiap harinya, minimal (dalam) shalat sehari semalam. Demikan pula orang yang ahli dalam ilmu ini akan masuk surga bersama para malaikat yang mulia, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, telah bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اَلْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَ الَّذِيْ يَقْرَؤُهُ وَ يَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَ هُوِ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Seorang yang pandai dalam Al-Quran akan bersama dengan para malaikat yang mulia lagi taat, dan seorang yang membaca Al-Quran dengan tersendat-sendat (terbata-bata) dan merasa keberatan maka baginya dua pahala.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
7. Manfaat
Manfaat bagi seseorang yang mempelajari ilmu tajwid adalah akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Di dunia akan mendapat kedudukan yang sangat tinggi, demikian pula di akhirat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَ يَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Quran dan merendahkan sebagian yang lainnya juga dengan al-Qur’an.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
8. Tujuan
Tujuan ilmu tajwid yang paling utama adalah lancarnya seseorang dalam pengucapan lafal Al-Quran dengan ilmu yang telah disampaikan oleh ulama kita dengan memberikan sifat tarqiq (tipis), tebal, mendengung, panjang, serta pendeknya, dan seterusnya. Maka ilmu ini tidak akan bisa diketahui dengan sempurna kecuali harus berguru secara langsung kepada ulama yang ahli dalam ilmu ini.
9. Bahasan Ilmu Tajwid
Bahasan mencakup kaidah-kaidah dan hukum tajwid secara terperinci yang harus diketahui oleh seseorang yang belajar dalam ilmu ini.
Penyusun: Ummu Asiyah Athirah (dengan perubahan aksara dan ejaan seperlunya)
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar
Sumber:
Panduan Praktis Tajwid dan Bid’ah-bid’ah Seputar Al-Qur’an
250 Kesalahan Dalam Membaca Al-Fatihah, karya Al-Ustadz Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashory, Cetakan Keenam (1429 H/2008 M),Maktabah Daarul Atsar Al Islamiyah, Magetan
***
Artikel muslimah.or.id
ABAD TEKNOLOGI INFORMASI-KOMUNIKASI
Judul: ANTARA GURU DAN ABAD TEKNOLOGI INFORMASI-KOMUNIKASI
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan bagian PENGEMBANGAN TIK.
Nama & E-mail (Penulis): Dr. Deni Darmawan, S.Pd.,M.Si
Saya Dosen di Universitas Pendidikan Indonesia
Topik: GURU DAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Tanggal: 1 Juni 2008
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang secara tidak langsung telah banyak mempengaruhi dunia pendidikan dan pembelajaran di negara ini. Boleh kita lihat guru-guru kita misalnya yang harus dengan cepat mengupdate pengetahuan dan keterampilannya alih-alih kompetensinya dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Upaya guru-guru kita ternyata tidak bisa dengan mudah begitu saja menguasai bidang TIK ini, banyak kendala mulai dari faktor usia, dukungan sarana peralatan, kesempatan dan dukungan kebijakan dari atasan, hingga ketersediaan infrastruktur di sekolah yang tidak sederhana dan dengan mudah bisa disesuaikan.
Kesiapan, ketersediaan , kebiasaan dan keterpaksaan seakan menjadi sebuah gunung es yang sulit untuk dicairkan hanya karena oleh bekal kreativitas, semangat dan motivasi serta keberanian yang dimiliki oleh para guru. Bahkan guru-guru yang sudah menunjukkan kekearyaannyapun ternyata mereka masih membutuhkan dukungan kebebasan berkarya, finansial, dan manajemen kebijakan yang adaptif. Kondisi ini bisa penulis rasakan tak kala seorang guru masih kesulitan dalam memperoleh dukungan manajemen dan finansialnya terhadap hasil jerih payahnya yang telah diraih selama ini. Fakta ini bisa dilihat dari 19 orang guru yang mewakili jenjang SD, SMP dan SMA yang mengikuti lomba "Inovasi Media Pembelajaran" yang baru-baru ini telah dilaksanakan di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Barat dapat dijadi cermin bagaimana pihak manajemen, para pengelola, dan para pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan kurang begitu gencar dalam memnfasilitasi karya dan inovasi guru-guru terpilih ini.
Terlebih dari 10 guru yang mengikuti Lomba Inovasi Media Pembelajaran pad ajenjang SMA misalnya, ternyata masih terlihat aspek keragu-raguan dari para guru pilihan ini untuk mampu memaksimalkan karya-karyanya. Penulis bangga dengan LPMP yang telah berusaha memfasilitasi dan memberikan jalur bagaimana guru-guru pilihan ini mampu menunjukkan dna mengaktualisasikan tingkat kreativitasnya. Dari kegiatan tersebut penulis lihat banyak potensi lokal yang mampu mencapai target Nasional bahkan Internasional. Namun semuanya itu tidak akan terlepas dari faktor dukungan manajemen dan tata kelola pendidikan oleh para stakeholder dan penggerak sistem pendidikan di Negara ini. Sebagaimana jika penulis telaah dalam bidnag Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dari 10 orang guru SMA yang mengikuti perlombaan ini hanya 3-4 orang yang sudah memberaikan diri masuk dan menguasai bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi ini. Namun demikian kondisi dan tingkat kualitasnya maish bisa dikalahkan oleh karya-kraya inovasi yang murni berangkat dari kejauhan dan sentuhan dunia Teknologi Informasi ini. Dengan demikian guru-guru pilihan yang mencoba menunjukkan kreativitasnya dalam bidang TIK harus puas dengan peringkat di bawah juara ke-3.
Dari pengalaman tersebut maka dapat ditarik sebuah lesson learnt, bahwa ternyata selama ini kita hanya gembar-gembor akan semaraknya inovasi dan adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalma dunia pendidikan dan pembelajaran. Tapi ternyata kita tidak bisa kompak seirama dan saling mendukung siapa dan pihak mana yang harus mendukung siapa dan melakukan inovasi apa dalam dunia TIK. Inilah persoalan yang harus segera dicairkan, artinya semua pihak harus kembali duduk bersama dan membahas kembali serta menanamkan kerangka pikira yang jelas bagi semua pihak mengenai apa, bagaimana TIK serta seperti apakah TIK yang cocok untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan bagi bangsa ini. Padahal jika penulis amati yang waktu itu bertindak sebagai evaluator, maka sangat banyak potensi yang dimiliki guru-guru pilihan ini terhadap upaya menguasai TIK dalam melakukan inovasi pembelajarannya. Kenyataan ini harus menjadi pekerjaan rumah bersama.
Kiat memahami dan memaknai TIK
Jika seorang guru kita tanya mengenai Teknologi, maka seakan hal itu menjadi suatu hal yang antik dan tidak familier dengan keseharaiannya sebagai seorang pendidik sejati. Maka disinilah letak locus masalah titik temu antara dunia pendidikan dengan dunia TIK jika dilihat dari kacamata pendidik. Setidaknya jika penulis amati ternyata ada suatu bentuk jurang pemisah antar zaman. Maksudnya antar zaman adalah masa kejayaan wwaktu berpikir dan belajar guru-guru kita dengan masa munculnya abad teknologi informasi dan komunikasi ini. Padahal jika kita coba uraikan dan sederhanakan strategi pemahaman dan pemaknaannya tentang teknologi ini ternyata hasilnya cukup banyak guru-guru kita dengan usia 50 tahunan yang tersenyum bangga dan yakin akan kemampuan untuk menguasai abad teknologi informasi dan komunikasi ini. Penulis yakin jika semua guru pada semua jenjang telah tersentuh oleh pendekatan dalam memahami TIK yang dimaksud maka inovasi pendidikan yang berbasis kreativitas guru-guru berteknologi ini akan menjadi lebih bisa diwujudkan secara merata dan ringan.
"Teknologi"
Untuk memahami dan memaknai sebuah TIK dengan mudah ini, penulis ilustrasikan dalam pernyataan bahwa Teknologi bisa dipandang dari 3 sudut pandang, yaitu sudut pandang Teknologi sebagai Ide, Teknologi sebagai Proses-rancangan bangun ide dan aktivitas, serta Teknologi sebagai Produk atau hasil. Kecepatan berpikir kita yang selama ini selalu langsung memahami dan memikirkan kata-kata teknologi yaitu dengan cara langsung melihat produk atau langsung memandang teknologi sebagai hasil rancang bangun (enginering). Dan ini biasanya bagi pihak tertentu cuku menyesakkkan, atau seseorang mungkin mengucapkan guyonannya " canggih" = 'can kapanggih ' ( belum ketemu cara dan pemahamannya). Fenomena seperti inilah yang banyak dijumpai dan dirasakan oleh siapa saja jika melihat dan memandang serta memahami "Teknologi" hanya sebagia produk.
Terlebih di kalangan guru yang tinggal dan bertugas serta berasal dari daerah yang jauh dari perkotaan, maka tentunya pandangan terhadap teknologi sebagai produk seolah akan terlalu tinggi. Padahal sudut pandang terhadap Teknologi ini diharapkan mulai dari sudut pandang Teknologi sebagai Ide, artinya semua guru pasti sudah berteknologi atau melakukan proses kegiatan tertentu yang akna menghasilkan sebuah teknologi, atau menggunakan produk hasil teknologi. Sebagai ilustrasi misalnya ketika seorang guru akan mengajarkan pokok bahasan Bangun Datar dan guru tersebut harus mendemonstrasikan bagaimana membuat sebuah lingkaran dengan menggunakan sebuah jangka , tiba-tiba jangkanya tidak ada di kelas, dan skeolah tidak memilikinya.
Kemudian guru tersebut berpikir dan mulai mewujudkan ide pikirnya tersebut untuk membuat sebuah jangka. Selanjutnya sang guru pergi mencari sebuah ranting atau dahan pohon jambu yang bercabang (cagak), dan dipotonglah dahan bercabang ini, kemudian ia mengikatkan cabang dahan pertama dengan sebuah paku dan cabang dahan yang satunya ia ikatkan dengan sepotong kapur, kemudian ia gunakan dan praktekan untuk membuat sebuah lingkaran. Akhirnya hasil gambar yang dibuat dengan jangka dari ranting tersebut hasilnya sama bulat jika dibuat dengan menggunakan jangka yang banyak dijual di pasaran.
Jika ditelaah dari ilustrasi ini, maka guru tesebut telah menunjukkan dan memanfaatan hasil pemahaman terhadap apa itu "Teknologi". Pemahaman guru tersebut bukan hanya sekedar aspek kognitifnya, tetapi juga sudah pada tataran psikomotor atau prakteknya. Jadi secera utuh "Teknologi" yang dimaksud telah dikuasai oleh guru mulai dari Teknologi sebagai ide, teknologi sebagai proses dan akhirnys Teknologi sebagai hasil rancang bangun dari ide pikiran dan proses guru tersebut membuat jangka dari ranting bambu tersebut.
"Informasi"
Ketika guru menyampaikan bahan pembelajaran kepada siswanya, maka disitu terdapat sejumlah informasi yang ia kemas, olah dan akhirnya disampaikan kepada siswa. Setelah informasi tersebut sampai pada diri siswa dan siswa merasa mengerti akan informasi yang disampaikan oleh guru tersebut. Maka pada tahapan inilah pada dasarnya guru harus menyadai bahwa dirinya adalah seorang manajer terhadap proses pengelolaan informasi pelajaran yang setiap harinya ia lakukan sehingga begitu banyak informasi yang diolah guru maka informasi tersebut akan semakin mudah ditata dan dimengerti oleh para siswanya.
Jika dikaitkan dengan upaya memahami "Teknologi Informasi dan Komunikasi", maka ketika guru banyak mengelola informasi inilah pada dasarnya bahwa guru sudah berada pada pemahaman kata kedua dari istilah TIK ini, yaitu kata "Informasi". Dengan demikian guru pada dasarnya pihak yang selalu dituntut untuk kreatif dana mencari, mengelola, mendasain pengelolaan dan penyampaian informasi tersebut. Maka guru di sini sebetulnya secara tida langsung telah mampu menguasai dunia Teknologi dan Informasi.
"Komunikasi"
Ketika guru menyampaikan informasi yang sudah ia olah sedemikian rupa, misalnay disampaikan dengan kepandaiannya berbicara dengan sistematis, jelas, tegas dan benar maka informasi dapat dengan mudah sampai kepada diri siswa. Sebagai misal guru menggunakan alat batu atau media pembelajaran dengan menggunakan papan tulis, poster, gambar, dan media lainnya, kemudian terjadi proses interaksi yang hangat antara ia dengan siswanya ytang diakhiri dengan perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa, maka sudah dapat dikatakan bahwa guru tersebut sudah sukses melakukan proses komunikasi dalam pembelajarannya tersebut.
Apakah guru masih asing dengan kata "Komunikasi" ini?, tentunya jika melihat penjelasan di atas maka sebenarnya guru adalah pihak yang paling aktif dalam melakukan proses komunikasi dengan tujuan dan target yang ketat. Di mana setiap jam, setiap hari, setiap minggu selalu ada target proses komunikasi (mengajar) seperti apa yang paling efektif sehingga siswanya bisa mengerti mengenai apa yang ia komunikasikan.
Selanjutnya jika dikaitkan dengan Pemahaman dan Pemaknaan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi, maka guru ini adalah pihak yang sudah secara lengkap menguasai, memahami dan memaknai bahwakan telah sukses mengimplementasinyakannya dalam tugas sehari-hari. Inilah fenomena yang harus banyak digali, khususnya pada tataran kesadaran guru atau pihak yang selalu membawa misi inovasi dalam dunia Tkenologi Informasi dan Komunikasi. Secara mendalam jika dianalisis maka fenomena seorang guru yang setiap hari mengajar pada dasarnya ia telah menjadi seorang Maestri dalam dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Kabar Gembira
Penulis yakin jika guru kembali melakaukan perenungan dan melakuka review terhadap apa yang biasa ia lakukan setiap harinya dalam melaksanakan tugas sebagai seorang penidikan, khususnya jika dikaitkan dengan kata-kata kunci dari konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), maka kita semua akan dapat menyimpulkannya sendiri. Sebagai penegasan bahwa dunia TIK adalah dunia guru maka tidak perlu khawatir ataupun was-was, cemas dna grogi ketiak seorang guru ditanya atau diajak diskusi oleh pihak lain mengenai Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jadi jawabannya bahwa guru adalah pelaku aktif dan pelatak dasar bangunan kokoh bagi dirinya dan siswanya untuk mampu menguasai dunia Teknlogi Informasi dan Komunikasi secara lebih praktis dan mendalam di kemudian hari.
Sabtu, 22 Mei 2010
TUGAS 1
Dengan tujuan memudahkan aliran listrik berupa kabel mengalir kerumah pelanggan dan sebagai upaya mengantisipasi gangguan yang sering terjadi akibat terganggu kabel listrik tersebut.
Perbaikan dengan melakukan pergantian kabel JTR ini terlihat di sepanjang bilangan Jl. Mayjen Harun Sohar dari Dusun Talang Kelapa, Simpang tinggi hari, dan Simpang Manna. Disini tampak terlihat petugas PLN W2SJB melakukan pergantian dan pemasangan kabel JTR disepanjang jalan tersebut. Menurut manager PT. PLN ranting pagaralam Kusumayadi melalui Sub bagian gangguan Dadang Kadarusman mengatakan, sebagai langkah dalam menanggulangi terjadinya gangguan pelayanan yang cenderung disebapkan jaringan kabel JTR dan berakibat listrik menjadi padam disuatu kawasan, untuk itu dilakukanlah pergantian kabel JTR terbuka menjadi kabel JTR terbungkus.
“Kecenderungan selama ini, kabel jaringan listrik ini mudah sekali terganggu akibat gangguan teknis seperti layang – layang yang menempel disekitar kabel listrik, sehinggga berdampak terjadilah pemadaman listrik.
Oleh sebab itu, sebagai langkah mencegah terjadinya kondisi tersebut, dilakukan pergantian kabel JTR yang sebelumnya tertutup saat ini menjadi terbuka,” ungkap dadang.
Lebih jauh dikatakannya pergantian kabel JTR ini dilakukan dengan harapan dapat menjaga keamanan dan meningkatkan mutu kehandalan.
Dimana jenis dan ukuran JTR yang dilakukan pergantian BEKLVTC 3X70/50 mm.
“pergantian JTR terbuka menjadi terbungkus ini, lebih ditujukan untuk menjaga kemanan dan mengantisipasi terjadinya bahaya api akibat jaringan kabel JTR yang terputus ataupula konsleting.
Selain itu dapat meningkatakan mutu kehandalan pada kabel JTR, sehinggga apabila menghadapi musim hujan saat ini, kabel tersebut tidak mudah rusak dan tahan lama,” katanya.
Ditambahnya mengenai lokasi yang dilakukan pergantian dan pemasangan JTR terbungkus ini dilakukan mulai dari daerah dusun sukajadi kecamatan dempo tengah, hingga dusun perandonan, kecamatan pagaralam utara.
“Pengerjaan pergantian JTR ini dilakukan langsung dari pihak pusat (WS2JB).
Diharapkan, setelah dilakukan pergantian kabel tersebut gangguan yang sering terjadi akibat kondisi tersebut dapat diminimalisir dan berkurang. Begitu pua pemadaman yang sering terjadi,” harapnya.
Diposkan oleh kaestarri
UJIAN 2010
Written by Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si
Thursday, 29 April 2010 01:49
Hasil Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Atas, baik SMA/MA/SMK telah diumumkan Senin, 26 April 2010. Banyak pihak terkejut dengan hasil UN 2010. Sebab, dari 1.522.162 siswa secara nasional yang mengikuti UN terdapat 154.079 siswa (9,88 %) yang harus mengulang pada 10-14 Mei 2010. Yang lebih mengagetkan lagi terdapat 267 sekolah, yang terdiri atas 51 sekolah negeri dan 216 sekolah swasta, dari 16. 467 sekolah tingkat atas secara nasional tak satupun siswanya yang lulus UN. Dari 267 sekolah itu terdapat 7. 648 siswa yang harus mengulang bersamaan dengan siswa-siswa lain yang tidak lulus. Angka kelulusan UN tahun ini lebih jelek dibanding dengan angka kelulusan UN 2009. Sekadar perbandingan, angka kelulusan UN 2009 mencapai 95.05 %, sedangkan tahun 2010 mencapai 89. 61 %.
Walau pemerintah lewat Mendiknas berkali-kali mengatakan bahwa UN bukan penentu kelulusan dan masih ada kesempatan untuk mengulang, tetap saja siswa yang tidak lulus UN kecewa bahkan ada yang stres berat. Kekecewaan itu wajar, sebab secara psikologis siswa yang tidak lulus UN malu dengan teman-teman lain yang sudah lulus lebih dahulu. Apalagi jika keluarga menuntut yang bersangkutan harus lulus dan rencana-rencana studi selanjutnya sudah dirancang. Ada siswa yang sudah diterima di PTN bergensi lewat PMDK ternyata tidak lulus UN. Karena itu, beban psikis siswa tidak bisa dihindari.
Yang menjadi pertanyaan mengapa angka ketidaklulusan UN 2010 lebih rendah daripada UN 2009. Menurut saya ada beberapa sebab. Pertama, kenaikan standar kelulusan. Tampaknya, kenaikan standar kelulusan itu tidak diantisipasi oleh para siswa, guru, dan orangtua siswa. Setelah pemerintah mengumumkan kenaikan standar kelulusan mestinya segera diiikuti dengan program-program akademik untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa menghadapi UN. Sebagian malah terlena dengan aksi protes ke pemerintah dengan menuntut penghapusan UN. Sementara pemerintah bersikukuh tetap melaksanakan UN dengan alasan untuk penyamaan standar mutu pendidikan secara nasional dan untuk mengambil langkah-langkah kebijakan di bidang pendidikan lebih lanjut. .
Kedua, banyak sekolah yang tidak mampu memenuhi delapan standar nasional pendidikan, yakni: standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. Rumusan delapan standar nasional pendidikan tersebut merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang telah dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan pemerintah, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Karena ketentuan perundang-undangan menyangkut komponen yang harus dipenuhi dalam mengelola lembaga pendidikan sudah terumuskan dengan jelas, maka sudah menjadi kewajiban bagi setiap penyelenggara pendidikan untuk dapat memenuhi ketentuan tersebut. Hampir bisa dipastikan sekolah-sekolah yang siswanya banyak yang tidak lulus, apalagi ada yang mencapai 100 %, tidak memenuhi delapan komponen standar nasional tersebut. .
Ketiga, khusus menyangkut standar isi (kurikulum), banyak sekolah kurang menghayati standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang selama ini dipakai. Ketika mengunjungi beberapa sekolah di bawah pengawasan UIN Malang di empat kabupaten dan satu kota (Madiun, Ngawi, Ponorogo, Magetan dan Kota Madiun), saya memperoleh informasi tentang keluhan para kepala sekolah dan guru tentang kurikulum ini yang berbasis satuan pendidikan. Mereka bahkan usul jika UN tetap dilaksanakan kurikulum harus dikembalikan lagi ke kurikulum nasional (Kurnas) seperti dulu. Tetapi kurikulum nasional dulu juga memperoleh banyak kritik karena dianggap memasung kreativitas guru. Selain itu, sekolah dianggap sebagai objek pendidikan, bukan subjek yang kreatif. .
Keempat, pelaksanaan UN 2010 relatif lebih ketat daripada tahun lalu dengan keterlibatan seluruh Perguruan Tinggi Negeri, termasuk 6 Universitas Islam Negeri (UIN) di seluruh Indonesia, sebagai pengawas. Belajar dari tahun lalu sebagai pengawas UN, para dosen PTN yang terlibat dalam pengawasan UN tahun ini jauh lebih siap dan melaksanakan tugas pengawasan dengan lebih baik, sehingga peserta ujian tidak bisa berlaku curang. Berbagai modus operandi kecurangan telah diantisipasi oleh panitia dan pengawas dengan lebih sigap. Hasilnya, dari sisi pelaksanaan, UN 2010 lebih tertib daripada tahun 2009.
Kelima, keterlibatan tim independen dan pihak kepolisian dalam mengamankan naskah ujian secara lebih serius sehingga kebocoran soal di tengah perjalanan sebelum ujian tidak lagi ada. Ini membuat sekolah dan guru tidak berani melakukan kecurangan dengan membantu peserta ujian memberi jawaban soal. Bahkan, beberapa sekolah yang pada UN tahun lalu kedapatan melakukan kecurangan diberi sanki tegas. Siswa dari sekolah-sekolah tersebut ditolak masuk PMDK ke perguruan tinggi yang selama ini menjadi mitranya.
Belajar dari hasil UN 2010 yang anjlok ini, maka berbagai pihak yang terlibat dalan penyelenggaraan pendidikan (pemerintah, sekolah, guru, orangtua siswa) untuk segera mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan di semua satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi. Pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai juga sangat urgen.
Bagi sekolah-sekolah yang berprestasi, yakni yang siswanya lulus 100 %, saya berharap pemerintah memberikan reward sebagai bentuk penghargaan. Sebaliknya, bagi sekolah yang siswanya banyak yang tidak lulus apalagi mencapai 100 % pemerintah agar segera turun tangan untuk membenahi sekolah tersebut dengan menitikberatkan pada fokus yang menjadi penyebab utama ketidaklulusan.
Memang ada yang ironis dengan hasil UN 2010 ini. Betapa tidak. Di saat pemerintah meningkatkan anggaran pendidikan demikian besar dalam rangka memenuhi amanah undang-undang dengan harapan anggaran yang besar dapat meningkatkan kualitas dan juga kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru, yang diharapkan kualitas para guru meningkat, justru hasil akhir pendidikan melorot. Jika demikian, saya teringat pernah membaca sebuah hasil penelitian para pakar kebijakan publik beberapa tahun lalu bahwa tidak pernah ada korelasi positif antara kenaikan gaji karyawan/pegawai dengan kualitas kinerja mereka.
Semula saya ragu dengan hasil penelitian itu. Tetapi saya menjadi yakin karena melihat sendiri apa yang terjadi di negeri ini. Semua guru yang berjumlah hampir 2, 7 juta ditingkatkan kualifikasinya menjadi Sarjana (S1), ditingkatkan kompetensinya sehingga mempunyai empat kompetensi utama (profesional, pedagogik, sosial, dan kepribadian), disertifikasi dan setelah lulus diberi tunjangan sertifikasi sebesar satu kali gaji pokok. Logikanya, berbagai upaya ini diikuti dengan peningkatan kualitas, baik kualitas para guru itu sendiri maupun kualitas lulusannya.
Kalau begitu apa akar masalah dari semua ini? Menurut saya delapan standar nasional pendidikan itu belum cukup. Ada satu yang belum masuk dalam standar pendidikan itu, yakni panggilan hati yang tulus untuk menjadi pendidik. Dengan panggilan hati yang tulus, guru akan menjalankan tugas kependidikan dengan baik kendati gaji tidak tinggi. Hanya persoalannya bagaimana mengukur standar panggilan hati itu. Mungkin karena tidak bisa diukur itu, standar yang justru sangat penting ini tidak dimasukkan. Jika panggilan hati untuk menjadi pendidik itu tidak bisa digali, apa pun upaya peningkatan kualitas pendidikan kita akan sia-sia. Sebab, ia merupakan ruh yang akan menggerakkan seluruh jiwa dan raga untuk menjalankan tugas sebagai pendidik.
______________
Malang, 28 April 2010
Diposkan oleh kaestarri
Rabu, 12 Mei 2010
Menulis Karya Ilmiah Populer(KISTDIPO)
Ilmiah populer adalah sarana komunikasi antara ilmu dan masyarakat (baca: orang awam). Sudah menjadi budaya, jurnal ilmiah ditulis dengan bahasa ilmiah untuk kalangan elit yaitu para ilmuwan yang memahami topiknya. Kalau sudah begitu jadinya, maka ilmu hanya menjadi milik ilmuwan, bukan milik masyarakat. Padahal peran utama iptek adalah untuk kemashlahatan penduduk bumi: semua makhluk hidup. Disinilah peran jurnalismus, menjadi PR iptek, menjadi sarana komunikasi antara ilmu dan masyarakat!
kita ketika beberapa waktu yang lalu, Kementrian Komunikasi dan bersama-sama dengan komunitas telematika Indonesia meluncurkan satu konsep bulan telematika ICT (Information and Communication Technology) month yang akan jatuh pada bulan Agustus 2003. Tujuan utamanya adalah usaha sosialisasi aplikasi teknologi informasi dan komunikasi memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas kehidupan masyarakat…
IlmuKomputer.com, Strategi mengelola situs E-Learning Romi Satria Wahono
Tulisannya dimulai dengan leading kondisi aktual. Sebagian pembaca mungkin pernah mendengar konsep bulan telematika yang sedang aktual. Tapi apa sebenarnya di balik konsep itu? Nah dari kondisi aktual inilah penulis membidik pembaca.
Mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari
Cth.: Sebenarnya menangis saat mengupas/memotong/mengiris bawang bisa menyehatkan mata. Beberapa pakar percaya, air mata yang keluar karena rangsangan hawa bawang membersihkan mata dan kelopaknya dari debu dan kuman. Keluarnya air mata ini membuat mata bening dan berbinar. pikiran-rakyat, Tak cengeng saat mengupas bawang Febdian Rusydi
Contoh diatas bernuansa entertainment, artinya topik yang dipilih mudah dicerna, membacanya bersifat refreshing. Mudah dicerna karena berkaitan erat dengan kejadian sehari-hari. Siapa yang tidak pernah merasakan perihnya memotong bawang? Lain halnya dengan tulisan ilmiah hasil penelitian kandungan bawang berikut metodenya. Siapa peduli membacanya? Ilmiah populer yang berkaitan dengan kejadian sehari-hari membuat pembaca merasa sedikit lebih clever setelah membacanya. Merasa puas mengerti apa yang terjadi disekitarnya. Dengan cara ini pembaca awam menjadi akrab dengan ilmu di luar spesialisasinya.
Menyajikan value added
Cth.: Nama baik & nilai sebuah dotcom bisa jatuh bahkan menjadi tidak berharga jika dotcom di bobol. Dalam kondisi ini, para hacker di harapkan bisa menjadi konsultan keamanan bagi para dotcommers tersebut – karena SDM pihak kepolisian & aparat keamanan Indonesia amat sangat lemah & menyedihkan di bidang Teknologi Informasi & Internet. Apa boleh buat cybersquad, cyberpatrol swasta barangkali perlu di budayakan untuk survival dotcommers Indonesia di Internet.
IlmuKomputer.com, Belajar menjadi Hacker, Onno W. Purbo
Bagi sebagian pembaca awam, hacker suatu dosa berat. Tapi penulis memilih sudut pandang yang unik: belajar hacker itu penting untuk keamanan. Dengan penyajian ini, pembaca merasa perlu belajar ilmu si penulis: ada value added dari topik yang disajikan!
Memperkenalkan ilmu atau temuan baru
Teknologi ini mula-mula dipraktekan di negara yang terkenal dengan budaya gourmet alias Perancis. Akhir-akhir ini banyak berkembang di Jerman. Bagaimana tidak, kompor dengan teknologi induksi banyak membawa keuntungan. Panasnya cepat, mudah diatur. Dan yang paling menentukan, permukaan kompor dari bahan keramik ini tidak panas sama sekali. Hanya isi panci anda yang menjadi panas! Amazing bukan? Tidak seperti kompor listrik, dengan teknologi induksi ini panas tidak terjadi pada permukaan kompor, melaikan dalam panci itu sendiri. Kochen mit Induktion, Anja Anja Arp, Servize Zeit wdr.
Memperkenalkan ilmu atau temuan baru serta mengaitkan dengan kebutuhan masyarakat adalah salah satu tugas penulisan ilmiah populer. Dengan memperkenalkan iptek, tingkat acceptance iptek itu sendiri semakin bertambah di kalangan masayarakat. Tidak harus melulu, kebutuhan sehari-hari, contoh lain sejenis misalnya manfaat penggunaan software SAP untuk bidang bisnis, teknologi baru operasi dengan laser di rumah sakit, dsb.
Dengan contoh-contoh diatas anda memahami perbedaan menyolok antara karya ilmiah dan ilmiah populer. Ilmiah populer seringkali mengangkat topik yang berkaitan dengan masyarakat awam.
Meramu karya ilmiah populer
Setelah mendapatkan topik yang pas dan bahan-bahan
Ilmiah populer adalah sarana komunikasi antara ilmu dan masyarakat (baca:orang awam). Sudah menjadi budaya, jurnal ilmiah ditulis dengan bahasa ilmiah untuk kalangan elit yaitu para ilmuan yang memahami topiknya. Kalau sudah begitu jadinya, maka ilmu hanya menjadi milik ilmuan, bukan milik masyarakat. Padahal peran utama iptek adalah untuk kemashlahatan penduduk bumi: semua makhluk hidup. Disinilah peran jurnalismus, menjadi PR iptek, menjadi sarana komunikasi antara ilmu dan masyarakat!
sudah terkumpul, tahap berikutnnya meramu bahan-bahan menjadi tulisan yang menarik. Bagaimana memulai menulisnya? Terkadang tulisan mengalir, bila anda memposisikan diri anda pada pembaca: seorang professor, ibu rumah tangga, manajer, politikus, mahasiswa, atau apa saja. Pikirkan apa yang kira-kira apa yang diperlukan pembaca, pertanyaan apa yang akan mereka ajukan.
Selasa, 04 Mei 2010
AUTOMOTIF STDIPO
Job Sheet XI MO1,XI MO2
Senin, 16 November 2009
HONDA Target Juara Musim ini
Kamis, 08 Oktober 2009
Nozzle Injection
Sabtu, 13 Juni 2009
Perawatan Radiator secara Berkala
Rabu, 06 Mei 2009
Cara kerja cvt pada matic
Pada saat stationer atau putaran rendah, puly depan memiliki radius yang kecil dibandingkan dengan puly belakang atau rasio gigi ringan. Seiring dengan bertambahnya putaran mesin (rpm), maka puly depan radiusnya juga ikut membesar sedangkan puly belakang justru mengecil atau sama dengan rasio gigi berat. Untuk kerja v-belt hanya menghubungkan kedua puly tersebut agar dapat berjalan secara bergantian. Jadi saat puly depan membesar maka yang menyebabkan puly belakang mengecil adalah karena desakan dari v-belt, karena panjang v-belt selalu sama pada proses ini. Karena kerja CVT yang linear, maka mesin matik dapat menghasilkan akselerasi yang halus tanpa adanya kehilangan tenaga.
Rabu, 29 April 2009
VVT-I Atau VTEC pa sih bedanya????
Spek Revo (Honda Product)
DETEKSI CHASIS SEJAK DINI
'Kaki' Mobil Sehat, Usir Penat!Pernahkah Anda merasakan kelelahan yang luar biasa saat Anda melakukan perjalanan jauh dengan mobil Anda? Mungkin mobil Anda mempunyai masalah pada bagian kaki-kakinya, yang tugasnya adalah menopang body mobil dan keseluruhan beban yang harus dibawanya. Dari tugas yang harus ditanggung tersebut, Anda tentunya bisa memahami seberapa vital fungsi dari kaki-kaki mobil Anda. Maka dari itu, sebaiknya Anda perlu memeriksa kondisinya, terutama setelah Anda melakukan perjalanan yang jauh. Ada baiknya Anda memeriksanya sendiri terlebih dahulu, sebelum Anda meyerahkan mobil Anda ke bengkel. Beberapa hal yang perlu diperiksa pada sistem kaki-kaki mobil Anda, setelah perjalanan yang jauh adalah sebagai berikut.1. Rem- Untuk Rem Mobil Model TeromolSetelah Anda melakukan perjalanan yang jauh, periksalah kondisi rem mobil Anda. Caranya cukup mudah, bahkan Anda bisa melakukannya sambil duduk di dalam kabin mobil Anda. Untuk memeriksa ketebalan kanvas rem mobil Anda, lakukanlah dengan bantuan rem tangan. Rem tangan berhubungan dengan rem belakang mobil Anda. Jika Anda akan melakukan pengecekan dengan cara seperti ini, berarti Anda harus mengingat ketinggian tuas saat ditarik sehingga bisa dibandingkan dengan posisi yang sekarang. Tambah tinggi posisi rem tangan, berarti rem tambah tipis. Rem Tangan Semisal, sebelum dipakai perjalanan, saat rem tangan ditarik maksimal terdengar 5 kali bunyi 'klik' mobil sudah dalam keadaan terkunci dan setelah dipakai perjalanan, saat rem tangan ditarik maksimal terdengar bunyi 'klik' hingga lebih dari 5 kali, berarti rem mobil Anda tambah tipis. Sehingga, Anda bisa kembali menyetel kembali jarak rem dengan teromol. - Untuk Rem Mobil Model Cakram Anda perlu membuka ban terlebih dahulu, lalu periksa ketebalan kampas remnya. Jika sudah kurang dari 1 mm, segera ganti dengan yang baru. Pengecekan Shockbreaker2. Shockbreaker Untuk mengeceknya, tekan bodi mobil Anda sekuatnya, lalu lihat pantulannya. Jika 'tendangan balik'-nya berulang-ulang, berarti shockbreaker mobil Anda sudah waktunya diganti. Sama halnya, jika pantulannya lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum bodi mobil ditekan. Hal ini sangat perlu penanganan segera dan tidak bisa ditunda lagi. Sehingga Anda harus membawanya ke bengkel mobil terpercaya yang terdekat dan kemudian ganti dengan shockbreaker yang baru. 3. Spooring dan Balancing Khusus untuk spooring dan balancing roda, harus ditangani oleh bengkel yang ahli di bidang itu. Gejala ban yang membutuhkan spooring adalah saat dikendarai, mobil serasa 'melayang' dan antara kemudi dengan roda seolah 'tak kompak' atau 'tak sinkron'. Sehingga, mobil Anda membutuhkan keselarasan roda kiri dan kanan. Begitu pula dengan balancing, perlu ditimbang ulang keseimbangan rodanya. Gejala ketidakseimbangan pada roda adalah saat mobil dipakai pada kecepatan yang tinggi, kemudi terasa bergetar. So, segera periksa sistem kaki-kaki mobil Anda, sekarang juga! (bun)
__________________"SIAPA TAU BESOK LUSA" ....